Skip to main content

Excerpts from Teman Imaji

Kotatsu: Kopi atau Susu

K: "Menurut Mas, ya, lebih enak mana. Lampu merah yang ada penghitung mundurnya. Atau yang tidak?
B: "Hmm.. Dengan penghitung mundur. Supaya sambil menunggu, bisa melakukan hal yang lain. Kalau waktunya sudah dekat, bisa bersiap dan bergegas." Kalau kau?
K: "Tanpa penghitung mundur. Menunggu jadi seru saat kita tak tahu kapan akan berakhir. Kita akan menghargai setiap detik penantian."
B: "Masa?"
K: "Iya. Nilai sesuatu lebih berharga saat kita belum memilikinya. Atau, sudah tak memilikinya lagi."
B: "Kan, lebih enak kalau tahu semua kenyataan. Apa adanya,"
K: "Kadang tak tahu, lebih baik dari tau. Lebih baik daripada tau sesuatu tapi tak jujur. Atau tau setengah-setengah, tapi ujungnya kita salah menduga. Atau yang jujur, tapi terlalu pahit."
B: "Saya menyimak"
K: "Allah itu Mahacanggih. Nggak semua hal dikasih tau ke kita. Karena kita belum siap tau kenyataannya. Sama seperti ujian atau nikmat, diberi dalam takaran"

----

A: "Ca!" 
K: "Ya, Kak?"
A: "Perlu gue bantu?"
K: "Ehm.. Boleh."

Kica tahu sebenarnya tak perlu. Tapi kadang seseorang meminta bantuan bukan karena butuh atau tak bisa melakukan sesuatu sendiri, melainkan menghargai kehadiran orang lain--yang ingin membantu.

----


B: "Biarkanlah kebaikanmu seperti air yang menguap--tak terlihat. Suatu hari, kau akan mendapatkan hujan."
K: "Juara! Itu juga ada kalimat matematikanya. Jika P maka Q tidak berarti jika Q maka P. Tetapi berarti jika ingkaran Q maka ingkaran P. Jika kita melakukan kebaikan untuk seseorang, tidak berarti kita menerima kebaikan dari orang yang sama. Tetapi berarti jika kita tidak melakukan kebaikan, maka kita tidak akan menerima kebaikan," 

----


A: "Orang yang paling kita sayang, punya kekuatan paling besar untuk menyakiti kita."
K: "Maksudnya?"
A:  "Faza selalu bilang. A man and a woman can't be just friends,"
K: "Kak.. do you believe that.. some best things in life.. are best to remain imaginary?"
A: "There's no such to good to be true Kica. If he's to good to be true, you can always do something to be as good as he is"


----

B: "Ca, saya punya pertanyaan"
K: "Aku punya jawaban"
B: "Kalau perempuan tidak suka menunggu, kenapa perempuan tidak pernah menyatakan perasaan duluan?"
K: "Karena... Kulit perempuan dibuat dari gengsi"
B: "Kalau kulit laki-laki?"
K: " Dari terigu sama kanji"
B: "Hahaha.. Laki-laki kan, bisa gengsi juga..."
K: "Bisa tapi nggak boleh"
B: "Kenapa?"
K: "Ada tiga hal yang melunturkan gantengnya seorang laki-laki. Pertama, ketidaksolehan. Kedua, kegeeran. Ketiga, kegengsian."
B: "Hmm.. Ada tiga hal yang melunturkan cantiknya seorang perempuan."
K: "Apa?"
B: " Pertama, tidak menyadari bahwa laki-laki tidak ingin dikenali sebagai seorang sempurna. Justru laki laki jatuh hati sama perempuan yang bisa melihat titik tak sempurnanya. Supaya ia bisa terus berubah menjadi lebih baik. Ketidaksolehannya, dalam bahasamu.
Kedua, tidak menyadari bahwa laki-laki juga makhluk yang mudah tersentuh hatinya. Mudah dibuat senang apalagi ge-eer.
Ketiga, tidak menyadari bahwa ketika laki-laki membuat perempuan menunggu, sesunggungnya ia sedang meneguhkan perasaan. Supaya nanti-nanti, tak perlu lagi ada gengsi.
K: "Informasi asimetri?"
B: "Apa itu?"
K: "Apa yang dipikirkan laki-laki tidak sama dengan yang dipikirkan perempuan"

---

B: "Bintang-bintang mengajarkan kita untuk tidak berpikir egois."
K: Kok bisa?"
B" Kebanyakan manusia merasa orang datang dan pergi dalam hidupnya, karena mereka melihat hidup dengan egois. Dari sudut pandang egois."
K: "Kok bisa?"
B: " Padahal... sebenarnya manusia itu sendiri yang datang dan pergi."
K: "Ah, ya... kamu benar... kita datang, kita pergi. Setiap manusia melakukannya."
B: "Manusia... Sahabat.... Teman... adalah gugusan bintang-bintang."
K: "Selalu ada meskipun kadang nggak keliatan?"
B: "Iya. Dan,  punya cahaya sendiri-sendiri. Punya lintasan kehidupan sendiri. Tidak harus mereka selalu bersama-sama. Kadang mereka saling mendekat, di lain waktu saling menjauh. Tapi mereka tetap sahabat."
K: "Karena setiap orang punya mimpi dan lintasan mimpinya sendiri-sendiri?"

----

B: "Di dunia ini, ada manusia yang paling banyak belajar dari kesalahan. Sangat banyak belajar..."
K: "Yaitu?"
B: "Orang tua kita, Ca. Makanya orang tua sering bilang. Kau boleh berpikir, orang tua tetap berpengalaman. Supaya anak-anaknya tidak mengulangi."
K: "Meskipun zaman selalu berubah?"
B: "Iya.. kesalahan itu tak kenal zaman. Salah sekarang, juga salah di masa depan.:
K: "Aku nggak bisa paham kenapa manusia suka menilai salah atau benar. Seakan-akan mereka mengganti peran Tuhan."
B: "Tapi manusia punya kewajiban untuk saling mengingatkan, Ca, supaya tak buat kesalahan. Supaya tak perlu menyesali masa depan."
K: "Masa depan? Bukannya orang menyesal karena masa lalu? Masa depan itu misteri."
B: "Kebalikan. Manusia menyesali masa depan. Rahasia adanya di masa lalu."
K: "Karena?"
B: "Manusia menyesal. Sebab di masa depan, ada beberapa hal yang pasti terjadi dan pasti tidak terjadi atas pilihan-pilihannya. Masa lalu justru gudang rahasia. Banyak hal yan gkita lewati. Lebih banyak yang kita lewatkan. Itulah dari mana rahasia itu ada. Sepertia kau pernah bilang, kenyataan dalam takaran."

----

Maka Apakah mereka tidak berjalan di muka bumi, lalu
Mereka mimiliki hati yang dengannya mereka dapat memahami?
Atau telinga yang dengannya mereka dapat mendengar?
Karena sesunggnya bukanlah mata itu yang buta.
Yang buta adalah hati di dalam dada.

B: "Dulu aku pernah bertanya begini sama Papa. Pa, kenapa manusia telinganya dua tapi mulutnya satu? Kata Papa, supaya lebih banyak mendengarkan daripada bicara. Terus aku tanya lagi, kenapa manusia tangannya dua? Yang satu untuk mencapai cita-citanya di langit, yang satu untuk berpegangan di bumi."
K: "Kenapa kayak gitu?"
B: "Supaya, walaupun sudah terbang tinggi, kaki-kaki kita tetap menapak tanah. Supaya tetap membumi dan rendah hati."
K: "Terus?"
B: "Supaya kalau jatuh, ada yang megangin."
K: "Kalau kita pakai dua tangan sekaligus untuk mimpi, bukannya lebih gampang sampainya?"
B: "Iya. Tapi kalau jatuh juga lebih susah bangunnya. Tidak ada yang bisa jadi pegangan."
K: "Terus kita harusnya pegangan sama apa, dong, Mas?"
B: "Sama keluarga. Dan sahabat. Mimpi-mimpi kita tidak akan ada artinya tanpa orang-orang yang berarti." Intinya bermimpi itu seperti menggenggam pasir di tangan. Kalau terlalu lemmbut, dia akan lepas. Kalau terlalu keras, juga akan lepas."
K: "Segala sesuatu harus ada dalam batas, ada dalam takaran."
B: "Kau pernah mendengar ini? Rezeki yang paling baik adalah yang dijemput..."
K: "Belum pernah. Tapi hubungannya dengan mengejar mimpi?"
B: "Kalau rezeki itu dijemput, mimpi itu didekati. Tak perlu dikejar sebab mimpi tak akan berlari."
K: "Maksudnya?"
B: "Cita-cita itu rezeki juga. Sudah ada simpulnya. Tapi dirahasiakan. Sama seperti kelahiran, jodoh dan kematian. Supaya kita berusaha."
K: "Terus caranya mendekati mimpi?"
B: "Caranya banyak. Tapi tak ada manualnya. Yang jelas, kalau kau terus memimpikan hidup--dan tidak menghidupkan mimpi--ya tak akan sampai--."
K: "Maksudnnya? Aku nggak paham, Mas..."
B: "Seperti yang kau bilang. Little things matter. Banyak loh orang yang bermimpi besar, bermimpi melakukan perubahan besar, tapi malas untuk sekedar bangun pagi atau beresin kamar."
K: "Emang apa hubungannya mimpi besar sama bangun pagi atau beresin kamar?"
B: "Ada. Orang yang serius sama mimpinya, sama cita-citanya, pasti selalu bangun pagi. Sebab, di setiap harinya ada cita-cita yang ingin dicapai."
K: "Kalau beresin kamar?"
B: "Orang yang berhasil itu selalu bersih. Hatinya, badannya, akalnya. Kotoran sekecil apapun dibersihkan. Kamar itu mencerminkan hati, badan, serta akal yang punya. Kalau dengan yang sederhana saja seseorang tak peduli, bagaimana dengan yang besar?"
K: "Mimpi itu murah. Memimpikannya yang mahal."

Doa yang sungguh-sungguh pasti dijawab dengan sungguh-sungguh pula. Ibu selalu sungguh-sungguh mendoakanmu, Nak. Kalau kamu, sudah sungguh-sungguh belum berjuangnya?


B:"Orang tua itu... di depannya saja bilang mendoakan sungguh-sungguh. Tapi di baliknya, pengorbanan mereka juga sungguh-sungguh, Ca."
K: "Kamu bener, Mas. Wah, rasanya malu banget kalau mau menyerah sama mimpi-mimpi kita."
B:"Kadang kita lupa, Ca, betapa berartinya orang lain dalam hidup kita. Tapi lebih sering, kita lupa betapa berartinya kita dalam hidup orang lain." 
"Makanya kita harus bahagia. Semua orang yang sayang sama kita dan menganggap kita berarti dalam hidupnya pasti ingin kita bahagia."

*note to self*
----


K: "Kak, emang cita-cita Kak Adit apa sih?"
A: "Cita-cita? Dokter. Semua cita-cita kan, jadi dokter."
K: "Bukan kak, Maksudku, tujuan hidupnya Kak Adit apa..."
A: "Kenapa tiba-tiba nanya gitu?"
"Cita-cita itu nggak penting, Ca. Kebanyakan orang yang ngotot sama cita-cita nya malah hidup sengsara. Mending yang wajar-wajar aja. Kalau lo bisa dapet kerja yang nyaman, masa depan lo terjamin, bisa jalan-jalan enak, besok kalau punya rumah dapurnya ngebul, itu cukup."

----

A: "Lo pernah tau nggak, ada pemenang nobel ekonomi namanya George Arkelof. Dia buat teori tentang pasar mobil bekas yang disebut lemon dan apel."
K: "Nggak tau kak. Itu kayak gimana kak?"
A: "Tentang informasi asimetri antara penjual dan pembeli. Tentang mobil bekas." 
"Jadi ada istilah begini. Mobil yang kualitasnya jelek disebut lemon. Mobil yang kualitasnya bagus disebut apel." "Mobil baru yang bekas alias baru lo beli tapi seken bisa aja kualitasnya bagus, apel. Tapi mobil bekas yang baru, alias baru lo jual padahal baru keluar pabrik udah pasti kualitasnya jelek, lemon. Jadi kalau kita punya mobil bekas, tunggu dulu beberapa saat sebelum jual lagi. Kalau mobil kita baru, tapi terus kita jual lagi akan dinilai oleh siapapun sebagai mobil lemon. Ada yang salah dengan mobil itu, makanya dijual. Di pasar, kita nggak mungkin mendapatkan mobil apel seharga lemon. Orang yang punya mobil apel meskipun bekas cenderung untuk menyimpannya sendiri. Sementara orang yang punya mobil lemon entah relatif baru atau beneran bekas cenderung menjualnya, dengan harga yang ditinggi-tinggikan. Makanya... kita ngaak akan pernah bisa dapetin mobil apel dengan harga murah. Kalaupun kita nemu mobil yang harganya mahal, kita harus cari semua informasi. Memastikan kalau mobilnya benar-benar apel, bukan lemon."
K: "Kak baju kejujuran ya, aku nggak begitu paham, hehehe...
A: "Yaudah, intinya yang terjadi di pasar adalah semua mobil bekas itu lemon--jelek. Mobil yang kualitasnya bagus, alias apel cenderung nggak dijual."
K: "Kesimpulannya?"
A: "Hati manusia itu kayak mobil, Ca. Kalau bagus, nggak akan jadi bekas. Kalau udah kepalang bekas, jangan langsung dijual. Semua mobil yang langsung dijual padahal baru sesaat dimiliki, udah pasti kualitasnya jelek."
K: "Ini maksudnya tentang pacaran dan putus ya Kak? Masuk ke pasar itu kalau orang yang pacaran putus. Terus dijual itu kalau yang baru putus menawarkan diri untuk pacaran lagi?"
A: "Iya, gitu maksudnya"
K: "Emangnya pacaran itu transaksi jual beli ya kak?"
A: "Iya. Pacaran itu transaksional. Pernikahan sebenarnya juga."
K: "Kamu insecure karena putus ya kak?"
A: "Ya iyalah. Orang yang diputusin itu bagai mobil yang dijual ke pasar mobil bekas. Mau baru atau lama dipakainya, tetep aja mobil bekas. Tetep aja nilainya rendah, meskipun dijual dengan harga mahal."
K:"Hmm.. Aku pingin bilang begini.. Tuh kan kak, Berarti bener kalau selama ini aku percaya bahwa pacaran itu nggak baik."
A: "Udah lo bilang. Dulu dan barusan. Dulu gue ga setuju. Kali ini gue setuju. Nggak usah pacaran. Tukang jeruk beneran aja lebih pinter. Buah yang paling manis dijadiin tester. Tapi yang akhirnya dibeli, kan, bukan yang itu."

----

A: "Ca, maksud gue tentang pencitraan adalah... Lo bangun citra diri lo.. Self branding. Lewat ikut organisasi, keapnitiaan, kegiatan, cari banyak temen, nge-tweet keren, nulis keren, tapi bukan berarti pakai jilbab."
K: "Apa yang salah dari pakai jilbab sih kak?"
A: "Temen-temen gue tuh banyak, Ca, yang bungkusnya aja alim. Dalemnya... idih... kelakuannya... idih.."
K: "Tapi kan ini perintah agama, Kak"
A: "Gini loh, Ca. Di dunia ini cuma ada dua macam manusia. Yang putih di luar, tapi hitam di dalam. Dan yang hitam di luar, tapi putih di dalam."
K: "Tapi, kan, ada juga yang putih di luar juga putih di dalam."
A: "Nggak ada, Ca... Cuma Nabi yang kayak gitu."

----

K: "Ternyata kita bisa benar-benar kehilangan. Meskipun belum benar-benar memiliki."
B: "Hai Ranger! Apa yang hilang?"
K: "Kata Kak Adit, pakai jilbab itu konyol. Ngga ada yang putih di luar putih di dalam" Ternyata ini yang namanya menyesali masa depan. Ada yang pasti tidak terjadi, di masa depan.
B: "Sebab?"
K: "Seagama belum tentu seiman"

----

K: "Bu, Mestinya kan kita percaya karena sayang. Bukan sayang karena percaya."
I: "Ibu tak paham bedanya di mana, Nak. Yang penting kan sama-sama percaya."
K: "Ini rasanya ya, Bu. Layak jadi anak kecil yang diiming-imingin mainan asal rangking satu. Terus setelah rangking satu, beneran dikasih mainan. Tapi ternyata mainannya nggak seperti yang diharapkan. Terus, jadi males lagi buat belajar. Meskipun diiming-iming mainan lebih bagus. Padahal, belajar, kan, bukan buat iming-iming."
I: "Yasudah Nak..."
K: "Bu, kalau ada orang yang kita percaya sepenuh hati, meskipun belum kenal seratus persen, namanya apa?"
I: "Namanya cinta. Cinta itu intinya percaya."
K:"Bukan cinta buta?"
"Kalau ada orang yang kita kenal seratus persen tapi nggak kita bisa percaya sepenuh hati, namanya apa?"
I: "Namanya belum jodoh. Cinta itu intinya percaya. Kalau belum bisa percaya, ya, belum jodoh."


----

B: "Setiap pindahan, saya bawa semua buku yang saya punya. Sebabnya, saya suka membaca. Juga suka membaca ulang. Seringkali kita menemukan kebaruan saat membaca ulang."
"Juga karena, hampir setiap buku yang saya baca punya cerita dan kenangan tersendiri di balik membacanya."
K: "Pindahan itu seru ya. Banyak seninya. Ketemu sama barang-barang yang bahkan kita lupa pernah punya."
B: "Iya. Pindahan itu seru. Ada yang harus dibuang, ada yang bisa dibawa pulang. Tapi ada juga yang perlu ditata ulang. Begitulah, kalau seseorang baru akan datang. Harus... memberi ruang"

----

Jangan menulis agar tak tenggelam dalam sejarah.
Menulislah agar tak tenggelam dalam kehidupan-hidupmu.

----





-NA

Comments

Post a Comment

Popular posts from this blog

Poem Collection from 7 Habit Highly Effective Teens from Sean Covey

#1: Who am I?  I am your constant companion. I am your greatest helper or heaviest burden. I will push you onward or drag you down to failure. I am completely at your command. Half the things you do you might just as  well turn over to me and I will be able to do  them quickly and correctly. I am easily managed--you must merely be firm with me. Show me exactly how you  want something done and after a few lessons  I will do it automatically. I am the  servant of all great individuals and, alas, of  all failures, as well. Those who are great I have made great. Those who are failures, I have made failures. I am not a machine, though I work with all the precision of a machine plus the intelligence of a human. You may run me for a profit or run me for ruin--it makes no difference to me. Take me, train me, be firm with me,  and I will place the world at your feet. Be easy with me and I will destroy you. Who am I? I am habit #2: Man in the Mirror I'm starting with the man in the mirr

A Tale of my Two used to be "Friend"

  Ternyata cerita drama atau sinetron itu klo kejadian ke diri lo sendiri itu lebih sakit adanya ngejalaninnya. Gw mau cerita ttg dua orang yang "dulunya" pernah jadi temen gw. Yang satu temen gw di sekumpulan grup pecinta alam yang suka naik gunung bareng. Pernah kerja bareng di suatu acara intra kampus dengan jadi koordinator bareng. Berlanjut sampe bantuin gw skripsian, ya cukup diandalkan lah buat dimintain tolong buat sekedar jemput gw subuh2 di stasiun kereta atau saling support selama koas yg bikin orang vulnerable karna jauh dari orang tua dan tuntutan kerjaan yang bikin lelah hati dan pikiran. Oh tapi ga cuma2 jg dong dia bantuin gw karena yg ada jg dia butuh gw, tiap stase pinjem buku gw, pinjem alkes pun dan ga lupa jg minta operan stase pdhl kita stase bareng aja gapernah jadi senior junior stase jg ga pernah. Entah itu modusnya buat selalu ada bahan ngobrol sama gw atau main bareng gw atau emg simply dia ga modal aja anaknya. Sempet dikecewain karena ternyata pa