Skip to main content

Was passiert in eine ruhige Woche?

Nasionalisme yang berbeda saya dapatkan dari marathon nonton 2 film minggu ini. Seharusnya namanya "Minggu Tenang" mengapit pre Semester dan UAS tapi yang ada malah jadi gak tenang dengan h2c nunggu nilai akumulasi keluar biar bisa lolos UAS, pinginnya yang keluar bintang eh malah rantai Carbon, ckck.. Dulu kayaknya semalem suntuk belajar udah bisa cemerlang dan memuaskan hasilnya, ini udah seminggu suntuk tetep aja flat gitu2 aja, mengecewakan. Semangat lah gak pulang2 ke rumah demi semangat belajar (tetep aja ujung2nya banyakan mainnya sih :p) tapi tetep aja mesti fokus biar ga ikutan SP! Bismillah another Dean's List Ya Allah (meski pesimis tapi dicoba lah!).

5cm


Dulu pas baca bukunya ngefans banget lah, seru dan rame dan gak nyangka filmnya juga lumayan dapat menggambarkan ceritanya dengan baik, bahkan kadang-kadang suka ngerasa khayalan aku kurang tinggi apa ya soalnya cerita di film terkesan lebih waw, haha. Well time flies and everyone around you are coming and going. Inget banget dulu janjian sama salah seorang sahabat saya buat nonton bareng, kita bertujuh mesti gitu, temenan sampe tua. Yah yang ada disini nonton dengan sahabat-sahabat baru yang mudah-mudahan bisa mengobati kerinduan saya akan mereka yang jauh dan entah apa mereka kangen saya juga nggak disana. Percakapan cukup lewat skype atau telpon, bakalan susah kayaknya ketemuan bareng makin lama. Walaupun disini saya gak pulang, cukup bahagia lah ada temen-temen yang senasib gak pulang juga, kalo ga kering kali di kost-an sendirian, belajar! wew

Habibi-Ainun

Epic banget lah filmnya, sukses bikin saya banjir air mata dari mulai Pak Habibi kecewa kalo proyeknya gagal dan ditutup, mimpi-mimpinya bangun Indonesia dengan segala kelengkapan infrastruktur dapat terjamah dengan pesawat-pesawat itu kandas gitu aja padahal beliau udah ngorbanin hampir separuh hidupnya sampai akhir dia ngurusin Ibu Ainun yang akhirnya tutup usia. Das war sehr traurig und sich erinnert meinem GrossVater und meine Erfahrung in Deutschland. Ich moechte da wieder gehen. Saya suka sedih kapan bangsa ini bisa maju. Egal das ist mein zuHause (Jadi teringat penggalan lau buatan kk kelas saya yang menang lomba Deine Stimme) Mungkin suatu saat nanti. Saya ingin menjadi salah satu orang yang membawa angin segar pada negri ini, berkontribusi di kemudian hari saat sudah jadi 'orang' dan mungkin menelusuri jejak ibu Ainun, jadi dokter hebat, pingin banget bisa ambil spesialis ke Jerman. Yah cita-cita namanya, one of my bucket list I guess.

-NA

Comments

Popular posts from this blog

Poem Collection from 7 Habit Highly Effective Teens from Sean Covey

#1: Who am I?  I am your constant companion. I am your greatest helper or heaviest burden. I will push you onward or drag you down to failure. I am completely at your command. Half the things you do you might just as  well turn over to me and I will be able to do  them quickly and correctly. I am easily managed--you must merely be firm with me. Show me exactly how you  want something done and after a few lessons  I will do it automatically. I am the  servant of all great individuals and, alas, of  all failures, as well. Those who are great I have made great. Those who are failures, I have made failures. I am not a machine, though I work with all the precision of a machine plus the intelligence of a human. You may run me for a profit or run me for ruin--it makes no difference to me. Take me, train me, be firm with me,  and I will place the world at your feet. Be easy with me and I will destroy you. Who am I? I am habit #2: Man in the Mirror I'm starting with the man in the mirr

Excerpts from Teman Imaji

Kotatsu: Kopi atau Susu K: "Menurut Mas, ya, lebih enak mana. Lampu merah yang ada penghitung mundurnya. Atau yang tidak? B: "Hmm.. Dengan penghitung mundur. Supaya sambil menunggu, bisa melakukan hal yang lain. Kalau waktunya sudah dekat, bisa bersiap dan bergegas." Kalau kau? K: "Tanpa penghitung mundur. Menunggu jadi seru saat kita tak tahu kapan akan berakhir. Kita akan menghargai setiap detik penantian." B: "Masa?" K: " Iya. Nilai sesuatu lebih berharga saat kita belum memilikinya. Atau, sudah tak memilikinya lagi." B: "Kan, lebih enak kalau tahu semua kenyataan. Apa adanya," K: "Kadang tak tahu, lebih baik dari tau. Lebih baik daripada tau sesuatu tapi tak jujur. Atau tau setengah-setengah, tapi ujungnya kita salah menduga. Atau yang jujur, tapi terlalu pahit." B: "Saya menyimak" K: " Allah itu Mahacanggih. Nggak semua hal dikasih tau ke kita. Karena kita belum siap tau kenyataannya

A Tale of my Two used to be "Friend"

  Ternyata cerita drama atau sinetron itu klo kejadian ke diri lo sendiri itu lebih sakit adanya ngejalaninnya. Gw mau cerita ttg dua orang yang "dulunya" pernah jadi temen gw. Yang satu temen gw di sekumpulan grup pecinta alam yang suka naik gunung bareng. Pernah kerja bareng di suatu acara intra kampus dengan jadi koordinator bareng. Berlanjut sampe bantuin gw skripsian, ya cukup diandalkan lah buat dimintain tolong buat sekedar jemput gw subuh2 di stasiun kereta atau saling support selama koas yg bikin orang vulnerable karna jauh dari orang tua dan tuntutan kerjaan yang bikin lelah hati dan pikiran. Oh tapi ga cuma2 jg dong dia bantuin gw karena yg ada jg dia butuh gw, tiap stase pinjem buku gw, pinjem alkes pun dan ga lupa jg minta operan stase pdhl kita stase bareng aja gapernah jadi senior junior stase jg ga pernah. Entah itu modusnya buat selalu ada bahan ngobrol sama gw atau main bareng gw atau emg simply dia ga modal aja anaknya. Sempet dikecewain karena ternyata pa